Senin, 07 Februari 2011
Kunci Tauhid:
Mengendalikan Hawa Nafsu dan Mempertajam Dialog Spiritual
Pengendalian hawa nafsu harus dimulai dari dalam
diri, supaya baik seluruh amal kehidupan kita. Keluarga yang diberi nafkah
karena hawa nafsu membuat diri jadi sakit. Nafsu amarah dan lawwamah yang tetap
tinggi menjadikan hidup kotor, gejolak jiwa yang emosional. Kembangkanlah nafsu
muthmainnah dengan selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Barang siapa
memuliakan agamanya, dia akan ditinggikan derajatnya oleh agamanya, selanjutnya
barangsiapa merendahkan agamanya, ia pun akan direndahkan oleh agamanya. Ketiga
jenis nafsu yang tertulis dengan pasti di dalam Al-Quran dan sangat berpengaruh
terhadap perikehidupan manusia di hadapan Allah adalah:
1. Nafsu AMMARAH BISSU’. Nafsu ini sangat
berbahaya apabila melekat pada diri seseorang sebab ia terlalu mengarahkan
manusia kepada perbuatan dan perilaku yang dilarang agama (QS.Yusuf/12 :53,“Dan
aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu
selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh
Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”)
2. Nafsu LAWWAMAH, yaitu nafsu yang sudah
mengenal baik dan buruk. Nafsu ini mengarahkan pemiliknya untuk menentang
kejahatan, tetapi suatu saat jika ia lalai beribadah kepada Allah SWT, maka ia
akan terjerumus kepada dosa. Orang yang memiliki nafsu ini BELUM KONSISTEN
untuk menjalan ketaatan dan meninggalkan perbuatan dosa (QS. Al-Maidah/5
:13,“(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka, dan Kami
jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari
tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka
telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat
kekhianatan dari mereka kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak
berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berbuat baik.”)
3. Nafsu MUTHMA’INNAH, yaitu nafsu yang
membuat pemiliknya tenang dalam ketaatan. Nafsu ini telah mendapat rahmat ALLAH
SWT, dan manusia yang mendapatkan nafsu ini akan mendapat ridha ALLAH SWT di
dunia dan akhirat. Orang ini akan khusnul Khotimah di akhir hidupnya sebagai
pintu menuju surga ALLAH SWT (QS. Al –Fajr/89 :27-30,“Hai jiwa yang tenang. -
Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. - Maka
masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, - dan masuklah ke dalam surga-Ku.”)
Indonesia negara subur, perlu kerja keras dalam membangun. Menghargai manusia
(murid) adalah kunci keberhasilan pembangunan negara dan bangsa. Maka dosen atau
guru tidak boleh menyia-nyiakan muridnya. Rasul mengatakan media yang paling
canggih dalam mengembangkan bangsa adalah mendekati umat. Umat harus
ditinggikan dan diajak bertauhid agar dapat mengembangkan komunikasi (dialog)
kepada Allah SWT. Jiwa dan raga harus ada komunikasi yang secara sadar dalam
satu energi, yaitu energi Allah SWT. Sehingga menghindari istidrad (pemaksaan
kehendak), dengan cara menguatkan wahyu dalam kerangka kehidupan agar menjadi
umat yang bertauhid. Dalam melaksanakan shalat kita menghendaki keadaan yang
hening, karena jiwa kita ketika dikenalkan pada firman Allah, nyamannya kita
terkadang menginginkan mata tertutup, telinga menutup informasi dari yang lain
dan tangan kita bersedakep. Straeteginya adalah ketika kita berdialog kepada Robbul
Izzati matikanlah dahulu semua pengganggu mata, telinga, dan lain-lain baru
setelah itu hati bisa hidup (alastu birobbikum qoolu blaan syahidna). Banyak
orang mati hatinya dan tidak mampu menjaga perutnya (pusatnya) karena syahwat
ada (bergolak) di dalamnya. Melawan syahwat adalah dengan mengorbankan
kesenangan fisik untuk menemukan syafaat Allah. Syafaat akan muncul bila ladang
persemaiannya benar-benar dipelihara. Dalam kaitan ini maka syafaat akan datang
bila kita membantu anak yatim, membantu masjid, dan meninggikan ibadah sosial
lainnya arti kata jangan rendahkan agama. Belajar berdialog dimulai dengan
merancang komunikasi kepada Rasulullah Muhammad SAW. Bersholawat kepada rasul
adalah mengembangkan momentum kesolehan dalam memberikan manfaat lahiriah dan
batiniah bagi orang lain. Sholawat adalah santunan kepada jalan Allah,
meninggikan ahlak (tangan di atas lebih mulia dari tangan yang di bawah) ini
adalah konsep syafaat. Disebabkan kita pernah dijajah, maka Indonesia (umat
Islam Indonesia) di antara amaliyah ibadahnya merupakan produk penjajah, yaitu
hanya sekadar teori tetapi tidak menumbuhkan kecintaan kepada Allah SWT dan
Rasulullah Muhammad SAW. Manusia yang tidak bisa ditundukkan oleh ajaran Agama
akan ke mana perginya, jika ada rezeki jangan lupa dengan rumah Allah, sumbang
dan santuni serta hidupkan Al-Quran. Malaikat dan Rasulullah menunggu Al-Quran
dibahas dan menjadi emosi jiwa yang tinggi yang membakar rasa tauhid dengan
tujuan melihat ajaran Allah SWT melalui Baginda Rasulullah SAW dapat menjulang
tinggi. Allah SWT berfirman bahwa kemuliaan hanya milik Allah, bila ingin
mendekati sifat kemuliaan persilahkan mulai melakukan perkataan-perkataan yang
baik dan amal yang saleh itulah kapital. Manusia telah diberi lidah untuk
berkata yang baik dan diberi indera untuk beramal kebaikan. Siapa mau beramal
dengan kata dan perbuatan di situlah dialog kepada Allah tidak pernah berhenti.
Allah rindu kepada hambanya yang selalu ingin bergantung bahkan Allah cemburu
kepada hambanya yang memalingkan wajah dari-Nya. Sebagian ahli tafsir
mengatakan bahwa perkataan yang baik itu ialah kalimat tauhid yaitu laa ilaa ha
illallaah; dan ada pula yang mengatakan zikir kepada Allah dan ada pula yang
mengatakan semua perkataan yang baik yang diucapkan karena Allah। Surat Fathir memberi penjelasan
tentang eksistensi Allah bagi kehidupan hamba-Nya. Berjalan dengan lurus penuh
perhatian pada agama Allah SWT maka dengan demikianlah ajaran agama akan tinggi
dan mudah dipahami oleh siapapun yang berniat untuk masuk ke dalam kebenaran
hakiki.
“Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, Maka
bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan
yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya dan orang-orang yang merencanakan
kejahatan bagi mereka azab yang keras. dan rencana jahat mereka akan hancur”.
(QS. Faathir/35 : 10) Syafaat adalah perkataan tauhid dan amal sholeh! Jika ada
orang yang ingin mengganggu orang lain yang meninggikan agama Allah, siap-siap
Allah akan menghancurkan. Karena Allah penghancur yang teramat dahsyat. Menjadi
pembawa risalah agama tidak pada tempatnya bila menjadikan dunia sebagai sebuah
kemuliaan. Bukan dunia, bukan harta kekayaan, dan jabatan yang memuliakan.
Penyebab kemuliaan adalah merebut perhatian Allah SWT agar kita bisa merebut
kemuliaan dari genggaman Allah dimana Allah ikhlas memberikannya kepada manusia.
Menyelami spiritual adalah sebuah karunia dan nikmat dari Allah. Allah
menghendaki hamba-Nya selalu ingat kepada Allah dengan cara udzkuru, mengingat
dan mengenal laa ilaha illallah dengan meninggikan ajaran agama Allah. Sumbang
dan korbankan harta untuk mempraktikkan iman dan rasa syukur kepada Allah.
Orang intelektual mencari harta dan dunia sedangkan orang spiritual menunggu
keridloan Allah, karena hartanya bukan untuk kesenangan pribadi tetapi untuk
meningkatkan energi agar selalu mudah berdialog kepada Allah.
“Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah
kepadamu। Adakah Pencipta
selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi ?
tidak ada Tuhan selain dia; Maka Mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)”
(QS. Faathir/35 : 3) Berdialog kepada Allah bukan keinginan siapapun kecuali
kesadaran dari dalam diri sendiri. Keutamaan yang terakahir dari perjuangan
dialog hamba Allah adalah rasa takut yang tinggi kepada Allah. Perkataannya
baik, perbuatannya baik, sehingga kesalehan menjadi tampak bukan karena
dipaksakan tetapi karena tuntunan. Rasa takut kepada Allah itulah yang
selanjutnya menjadikan seseorang menjadi begitu mudah beramal harta, beramal
materi dan beramal perkataan yang baik-baik.
“Dan demikian (pula) di antara manusia,
binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam
warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara
hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun” (QS. Faathir/35 : 28)
“Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada
orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka
ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang
pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan
dengan izin Allah yang demikian itu adalah karunia yang Amat besar”. (QS.
Faathir/35 : 32) Allah adalah penentu karunia dan iman yang tertanam dalam diri
setiap hamba-Nya. Setiap kita diberi kesempatan untuk menentang Allah, atau
tunduk dan taat kepada Allah. Manusia hanya bisa memprotek kehidupannya bila
yang dihadapi adalah kepentingan kemanusiaannya, namun tidak mungkin sama
sekali bila yang dihadapi adalah Allah. Jika kita beriman, Allah akan sayang
dan kasih kepada kita, namun bila membangkang itulah penganiaya diri sendiri.
Yang dimaksud dengan orang yang menganiaya dirinya sendiri ialah orang yang
lebih banyak kesalahannya daripada kebaikannya. Mereka ini orang yang telah
putus dialog kepada Allah, seandainyapun ia sholat bukan untuk menyambung tali
dialog tersebut, melainkan hanya sia-sia belaka perbuatannya. Allah SWT telah
menggariskan dalam hak-Nya yang teramat mutlak mengenai hamba yang terpilih
menjadi pilihan. Allah tidak pernah kesulitan dalam menentukan pilihan hamba
yang pantas membawa ajaran-Nya. Cukup mudah kriterianya, yaitu iman dan amal
shaleh. Para nabi dan rasul disebabkan kemampuannya dalam menguatkan iman dan
amal shaleh, karena itulah Allah telah memilih mereka masing-masing sebagai
pembawa risalah. Orang pertengahan ialah orang-orang yang kebaikannya
berbanding dengan kesalahannya, sedang yang dimaksud dengan orang-orang yang
lebih dahulu dalam berbuat kebaikan ialah orang-orang yang kebaikannya amat
banyak dan amat jarang berbuat kesalahan.
“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia
berupa rahmat, Maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja
yang ditahan oleh Allah Maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya
sesudah itu. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS. Faathir/35
: 2) Pengembang ilmu hikmah selalu mencari cara untuk bisa bertemu dengan
mutiara-mutiara pada setiap ayat Al-Quran. Setiap mutiara yang berupa ilmu dan
amal merupakan rahmat yang besar. Allah pemiliknya yang tidak dapat ditahan
rahmat tersebut dan tidak dapat dilepas tanpa izin Allah. Bersiap-siaplah bila
rahmat tersebut datang kepada kita, dan kejarlah bila ternyata anugerah rahmat
tersebut belum menghampiri. Namun Allah maha bijaksana untuk tidak membiarkan
anugerah tersebut jatuh ke tangan orang lain apalagi jika kita tahu bahwa Allah
memang tidak pernah berbuat dzalim kepada setiap hambanya. Orang intelektual
mudah dipatahkan oleh orang spiritual. Spiritual adalah penyatuan rasa Iman
(laa ilaaha illallah) untuk hal ini tidak ada perdebatan. Ilmu nahwu adalah
ilmu teoretik yang perlu pengamalan agar ilmu nahwu tersebut menjadi nyata.
Walisongo memiliki kecerdasan dalam mengembangkan ilmu nahwu teoretik dan
cerdas mengkontekstualisasinya dalam kehidupan sehari-hari. Manusia membentuk
satu rasa, rasa tauhid antara murod dengan mursyid. Setiap hamba Allah ingin
selalu dapat menuju jalan tauhid tanpa ada rintangan. Menuju jalan yang benar
tanpa ada rintangan tentu mustahil. Apalagi bila ingin menjadi manusia pilihan
Allah yang sudah mampu mengendalikan hawa nafsu dan tidak menyandarkan setiap
perkataan dan perbuatan di luar bimbingan Allah SWT. Pemberi peringatan
mendapat tugas ketika telah berhasilnya seseorang mengingatkan dirinya sendiri
untuk tidak pernah berjalan tanpa izin Allah SWT. Pengaturan atau manajemen
profesional telah Allah tunjukkan melalui kesiapan kehidupan manusia yang tidak
pernah dibuat susah oleh Allah sampai kapanpun. Allah menghendaki manusia
benar-benar mampu mengenal-Nya sehingga berbagai macam perlengkapan Allah upayakan
untuk kita. Siapapun boleh mengenal Allah, Dia tidak mengenal diskriminasi.
Nabi Muhammad SAW adalah pembawa kebenaran yang tidak pernah mendiskriminasi.
Hal ini karena Allah selalu menjadi penjamin mutu bagi rasul yang diutus-Nya.
Ketika Allah menghampiri hamba-Nya pasti berita gembira yang dibawanya। Karena Allah sudah sangat paham
bahwa manusia membutuhkan motivasi untuk beribadah. Tetapi setelah motivasi
diberikan secara terbuka untuk siapapun ternyata manusia belum tertarik
melakukanya, barulah Allah SWT mengeluarkan perintah untuk mengeluarkan
justifikasi (keputusan) diterima atau ditolak.
“Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa
kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan dan
tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan”
(QS. Faathir/35 : 24) Nandzir memiliki sifat tegas, pembuktian yang nyata
sebagai seorang nandzir dan bukan “maling agama”. Al Ghazali megatakan rampok
jalanan bagi nandzir yang nakal yang menjual ceramahnya untuk upah yang
diterimanya. Memahami ajaran rasulullah dengan cara memahami hamdalah, merenungkan
dan dan mempraktikkan. Harta dan jiwa jadi taruhan untuk mengenal Allah. Ambil
hikmah dari jalan sepur (kereta) yang tetap lurus jalannya mengikuti relnya.
Nandzir yang tidak amanah direkomendasikan untuk tidak diamini doanya, karena
Nandzir yang komitmen tentu tidak minta upah. “Maka Apakah orang yang dijadikan
(syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan
itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan)? Maka Sesungguhnya
Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang
dikehendaki-Nya; Maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat” Banyak orang merasa
telah membela agama padahal belum! Kenali dahulu rasulnya, baru bisa membela
agama. Standar terbaik dalam perbuatan hamba Allah adalah Al-Quran. Wallahu
a’lam bi Shawab.
Penulis : Dr. Yayat Suharyat, M.Pd.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar